Jumat, 25 Mei 2018

Monitoring dan Evalusi Desa Wisata

Monitoring dan evaluasi atau biasa disingkat Monev memiliki 2 arti. Arti monitoring sendiri berarti memantau, mengamati dan mengetahui perkembangan permasalahan serta upaya penyelesaiannya agar berjalan lancar. Monitoring sendiri bisa dilakukan dengan cara tanya jawab. Sedangkan evaluasi berarti proses menentukan hasil dari kegiatan monitoring. Jika monitoring dilakukan selama kegiatan, maka evaluasi dilakukan di akhir kegiatan dan dapat disertai dengan memberikan opini satu sama lain. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan monitoring dan evaluasi memiliki kaitan erat terhadap kelancaran dan kesesuaian berlangsungnya sebuah kegiatan. 

Dalam pengelolaan desa wisata, monev diperlukan untuk memantau perkembangan dari desa wisata tersebut. Beberapa subjek yang dapat dimonitor dan dievaluasi dalam hal desa wisata adalah masyarakat, paket wisata, wisatawan dan lainnya. Selain itu, ada beberapa indikator yang harus diperhatikan dari masing-masing subjektivitas tersebut. Apakah indikator tersebut telah mendapatkan hasil yang sesuai atau belum. Kegunaan monev bagi desa wisata sendiri sangat beragam, seperti untuk memantau tingkat kunjungan wisatawan, mengetahui tingkat kepuasan wisatawan, bahkan mengetahui dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan. Jika dilihat dari subjektivitas masyarakat, dapat dijabarkan sebagai berikut:


Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa masing-masing indikator mewakili semua unsur yang ada dalam masyarakat. Karena subjeknya adalah masyarakat, maka wawancara dan observasi menjadi alat yang tepat untuk mencari data. Selain wawancara dan observasi, alat lain untuk mengevaluasi suatu kegiatan adalah dengan menyebar kuesioner. 

Selasa, 13 Maret 2018

Kelembagaan di Desa Wisata

Sebuah desa wisata tentunya memerlukan adanya kelembagaan untuk mengurus dan mengelola aktivitasnya. Masing-masing desa wisata memiliki susunan pengurus yang berbeda-beda. Tentu ketua, sekretaris dan bendahara menjadi pengurus yang wajib ada di setiap desa wisata.
Keberadaan suatu lembaga di desa wisata bisa menjadi salah satu indikator penentu kesuksesan desa wisata tersebut. Sebuah kelembagaan di desa wisata tentunya selalu melibatkan masyarakat setempat.

Struktur organisasi yang diperlukan untuk mengembangkan sebuah desa wisata yaitu:
  1. Ketua
  2. Wakil ketua
  3. Sekretaris
  4. Bendahara
  5. Seksi pemasaran
  6. Seksi homestay
  7. Seksi home industry
  8. Seksi kebersihan dan keamanan
  9. Seksi konsumsi
  10. Seksi transportasi
  11. Seksi pengembangan
  12. Seksi pemanduan
Salah satu desa wisata yang sukses karena didukung oleh kelembagaan yang baik adalah Desa Wisata Nglanggeran di Gunungkidul, Yogyakarta. Desa Wisata Nglanggeran memiliki susunan pengurus yang lengkap dan terstruktur dibanding desa wisata lain yang mayoritas hanya memberdayakan pemuda karang taruna. Desa Wisata Nglanggeran bahkan memiliki 4 kelembagaan yang terintegrasi dengan 1 tujuan yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), tim penggerak PKK, RT dan RW serta Karang Taruna.
Selain itu, Desa Wisata Nglanggeran menjadi desa wisata terbaik tingkat ASEAN pada tahun 2017. 

Ada desa wisata yang memiliki sistem kelembagaan yang masih buruk seperti Desa Wisata Tanjung. Desa Wisata Tanjung hanya memiliki satu pengelola yang merangkap sebagai ketua RT dan pengelola utama. Mau tidak mau, pengunjung yang datang hanya bisa menemui beliau. Masyarakat setempat tidak sepenuhnya dilibatkan dalam kelembagaan mereka. Akibatnya, masyarakat tidak mengetahui perkembangan desa. Struktur organisasi juga tidak jelas dan tidak transparan yang menyebabkan pembagian jobdesc menjadi tidak tertata.

Minggu, 11 Maret 2018

Ngringinan, Tourism Village in Bantul

Kemarin, tanggal 10 Maret 2018 saya berkunjung ke Desa Wisata Ngringinan, Bantul dalam rangka kuliah lapangan bersama teman-teman seangkatan Pariwisata 2016. Sebuah desa yang memiliki ciri khas peninggalan Belanda. Ada gereja Katolik bernama Gereja Katolik Ganjuran, pabrik gula, sekolah, Rumah Sakit Panti Rapih, candi Hindu dan Museum Bantul Masa Belanda. Beberapa peninggalan disana menggambarkan inkulturasi agama Katolik dan Hindu.

Candi Ganjuran

Gereja Katolik Ganjuran

Pukul 07.00, kami berangkat bersama-sama dari Kopma UGM menuju Desa Ngringinan. Membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Rute yang kita lewati yaitu ke arah Malioboro, terus menuju Jln. Bantul. Saya dan teman-teman juga melewati Pasar Bantul, dan beberapa kantor pusat pemerintahan kota Bantul. Sekitar pukul 07.45 kami sampai di titik berkumpul yang telah ditentukan oleh Pak Fatkur selaku dosen pembimbing yaitu Museum Bantul Masa Belanda. Setelah beristirahat sejenak sembari menunggu kedatangan teman-teman lain, kami masuk ke dalam. Menurut narasumber yaitu Pak Wudi Kuntoro selaku pengelola dan tour guide, dulunya Museum Bantul Masa Belanda merupakan rumah salah satu warga kemudian dijadikan museum. Ketika siang hari, museum tersebut dijadikan pusat pembuatan oleh-oleh khas Desa Ngringinan, selebihnya museum tersebut dikosongkan.

Pak Wudi banyak menjelaskan sejarah terbentuknya Desa Ngringinan. Menurut beliau, desa ini resmi dibuka pada 22 Februari 2017 dengan daya tariknya yaitu bangunan dan benda-benda peninggalan Belanda. Mayoritas penduduk desa beragama Katolik. Ada 15 homestay yang disewakan untuk wisatawan domestik maupun asing. Desa Ngringinan juga memiliki kesenian khas berupa ketoprak, gejuk lesung yang sering dipentaskan saat ada wisatawan yang menginap. 

Sekitar pukul 10.00, kami menuju Gereja Katolik Ganjuran dengan berjalan kaki. Setelah 15 menit berjalan, kami sampai di gereja. Sebagian dari kami mendengarkan penjelasan Pak Wudi, dan sebagian lainnya asyik mengambil foto. Gereja ini merupakan perpaduan budaya Jawa, Katolik dan Hindu. Dapat dilihat dari patung Yesus dan Bunda Maria yang mengenakan pakaian tradisional Jawa. Bentuk fisik dari gereja memiliki kemiripan dengan bangunan joglo dan interiornya berwarna hijau yang menandakan adanya budaya bangunan gaya Yogyakarta disitu. Di sebelah gereja, ada Candi Ganjuran yang dijadikan sebagai tempat ibadah umat Katolik. Dari perjalanan singkat tersebut, saya dapat melihat dan mengetahui prosesi ibadah umat Katolik. Pak Wudi juga menjelaskan adanya mata air yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit di dekat gereja. 1 jam setelah berkeliling, kami kembali ke tempat awal berkumpul. 

Sebelum makan siang, kami mendengarkan penjelasan singkat Ibu Andriani yang bekerja sebagai pengelola home production madumongso, cemilan yang terbuat dari tape ketan dicampur gula jawa yang menajdi oleh-olehkhas Desa Ngringinan. Madumongso dari Desa Ngringinan memiliki rasa yang berbeda dibanding madumongso dari daerah lain seperti Madiun. Rasanya lebih manis teksturnya lengket seperti dodol. Kami juga diijinkan untuk berkeliling museum untuk melihat koleksi museum. Hanya ada beberapa foto yang menggambarkan suasana dan kondisi  Desa Ngringinan saat masih diduduki oleh Belanda. Menurut Ibu Andriani, masih ada banyak benda yang ingin dipamerkan di museum tersebut, namun keterbatasan ruang menjadi kendalanya. Pukul 13.00, rombongan kami diijinkan untuk pulang. 

Dari kuliah lapangan kemarin, ada hal yang saya dapat. Ternyata kebudayaan Katolik, Jawa dan Hindu dapat menghasilkan perpaduan yang indah. Masyarakat di Desa Ngringinan sangat ramah terhadap pengunjung. Meskipun memiliki keyakinan dan kepercayaan yang berbeda, beda, mereka dapat hidup rukun dan saling menjaga lingkungannya.

Minggu, 25 Februari 2018

Tokoh Pewayangan -Dewi Larasati / Rarasati


Dewi Larasati / Rarasati



Latar Belakang
Larasati atau Rarasati adalah salah satu tokoh wayang Mahabharata. Dia merupakan istri pertama Arjuna. Dari perkawinan tersebut, mereka dikaruniai dua orang putra bernama Bambang Sumitra dan Bratalaras yang gugur dalam Perang Barathayudha. Dewi Larasati diceritakan adalah putri Arya Prabu Rukma yang setelah naik tahta memiliki gelar Prabu Bismaka dengan Ken Sagupi seorang swarawati Keraton Mandura. Dari garis keturunan ayahnya, Dewi Larasati mempunyai saudara bernama Dewi Rukmini yang menjadi istri Prabu Kresna. Sedangkan dari garis keturunan ibunya, Dewi Larasati memiliki 3 orang saudara bernama Arya Udawa, Arya Pragota, dan Arya Adimanggala.
Dewi Larasati memiliki keahlian dalam hal keprajuritan yaitu memanah dan menggunakan keris.

Ciri Khas
Dewi Larasati memiliki mata jaitan, hidung yang mancung, muka agak mendongak, memiliki sanggul yang besar dengan sebagian rambut terurai, berkalung bulan sabit dan mengenakan gelang, berselendang dan mengenakan kain dodot putren.

Sifat dan Karakter
Dewi Larasati memiliki sifat berpendirian teguh, mampu meredakan emosi dengan baik, senang menyenangkan hati orang lain, setia, patuh dan berbakti serta mengerti dan mampu menguasai diri atau mengendalikan diri. Sama seperti saya yang lebih sering mementingkan kepentingan orang lain demi menyenangkan mereka. Saya juga memilih diam ketika sedang emosi daripada melampiaskannya kepada orang lain. Saya juga memilih untuk mematuhi peraturan dibanding melanggar. Terhadap teman, saya termasuk tipe yang loyal.


Sumber:
https://wayang.wordpress.com/2006/10/26/rarasati/
http://caritawayang.blogspot.co.id/2015/04/dewi-larasati-rarasati.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Larasati
https://id-id.facebook.com/notes/albert-usada/karakter-wayang-cermin-watak-kita/226930437328073/





Kamis, 22 Februari 2018

Dampak Pariwisata di Daerah Pedesaan

Kegiatan pariwisata menimbulkan banyak dampak di berbagai bidang. Tidak hanya masyarakat yang terkena dampak, lingkungan serta kehidupan sosial di sekitar daerah tujuan wisata juga terkena dampak negatif maupun positif.

Dampak Positif

  1. Sosio-ekonomi


  • Menyediakan lapangan pekerjaan. Keberadaan destinasi wisata di daerah pedesaan dapat menambah lapangan pekerjaan. Jika biasanya di pedesaan, masyarakatnya hanya bekerja di ladang, mereka dapat mencoba profesi baru seperti menjadi tour guide, petugas informasi bahkan salah satu pengelola dari destinasi tersebut. Dengan begitu, tidak adanya lahan untuk sawah atau perkebunan tidak menjadi alasan masyarakat desa yang menganggur.
  • Menghilangkan kesenjangan sosial antar pria dan wanita dan meningkatkan rasa bangga terhadap daerah masing-masing. Sektor pariwisata berpotensi menciptakan kesetaraan gender. Banyak perempuan yang menjadi founder dari usaha perjalanan wisata. Meskipun di beberapa kasus, perempuan masih dikategorikan sebagai pekerja dengan upah yang murah.
  • Mendorong kegiatan komunitas di masyarakat secara kolektif. Di Bali, komunitas lokal telah menyadari manfaat dari pariwisata untuk menunjang pendapatan mereka. Mereka tergerak untuk membentuk atau mengembangkan destinasi wisata baru di Bali dengan dibantu oleh investor.
     2. Budaya
  • Menghidupkan kembali budaya lokal. Dengan adanya kegiatan pariwisata, wisatawan yang datang dapat mempelajari bahkan mempraktikan kebudayaan daerah yang nyaris punah. Secara tidak langsung, kegiatan wisata telah mencegah hilangnya budaya lokal.
  • Menanamkan kebanggaan dan harga diri terhadap identitas budaya lokal
     3. Secara fisik: Bangunan dan Alam
  • Berkontribusi dalam usaha konservasi alam. Usaha konservasi dapat dilakukan dengan menerapkan ecotourism atau wisata berbasis ramah lingkungan. Saat ini banyak destinasi wisata yang lebih memperhatikan lingkungan dibanding meningkatkan profit.
  • Perbaikan fasilitas yang terlantar. Sebagai langkah pengelola dalam pengembangan destinasi wisata, perbaikan fasilitas sangat penting untuk dilakukan. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung, fasilitas harus semakin ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
Dampak negatif


  • Kebocoran ekonomi. Maksudnya adalah sebagian uang yang dikeluarkan oleh wisatawan asing tidak memberikan pengaruh apapun ke lingkungan sekitar. Masyarakat di sekitar daerah wisata hanya mendapat sedikit profit dari adanya aktivitas wisata di lingkungan mereka. Biasanya ini disebabkan karena pemasukan dari wisatawan asing masuk ke kantong investor asing pula. Mereka sebagai investor utama menjadi pemegang kendali dari manajemen destinasi wisata tersebut. Masyarakat sekitar hanya menjadi bagian kecil dari pengelola destinasi.
  • Kenaikan harga di sekitar destinasi wisata. Keberadaan destinasi wisata tentu saja menarik minat masyarakat sekitar untuk membuka usaha di sekitar mereka. Akibatnya banyak orang yang bersaing dalam menjual barang-barang yang biasanya diperlukan oleh wisatawan yang datang ke tempat tersebut. Semakin terkenal destinasi tersebut, semakin mahal pula harga yang dipatok oleh penjual di sekitar sana.
  • Kerusakan ekosistem. Tidak semua pengelola destinasi wisata mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Banyak dari mereka yang lebih mementingkan pengembangan dibanding memikirkan dampaknya terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitar. Wisatawan yang datang juga tidak semuanya memikirkan lingkungan. Membuang sampah sembarangan, memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan menjadi alasan rusaknya ekosistem di sekitar destinasi wisata.
  • Menghilangkan keaslian adat. Saat ini budaya lokal menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Tetapi, banyak dari budaya tersebut yang telah dimodifikasi untuk menyesuaikan pasar internasional. Dimulai dari perubahan dalam hal kecil dan akhirnya menjalar ke hal yang lain.

Jumat, 16 Februari 2018

Ragam Kegiatan Wisata dan Rekreasi di daerah Pedesaan

Ada banyak ragam kegiatan wisata dan rekreasi di pedesaan, diantaranya:

1. Wisata budaya
Banyak wisatawan yang memilih wisata budaya sebagai aktivitas wisata terbaru. Kebanyakan dari mereka (terutama wisatawan mancanegara) memilih untuk berkunjung ke wisata budaya seperti candi, upacara adat tradisional, situs arkeologi, situs warisan budaya. Mereka beranggapan bahwa wisata budaya merupakan sesuatu yang unik dan tidak mudah ditemukan di negara asal mereka.

2. Touring
Beberapa wisatawan juga senang melakukan touring sebagai bentuk aktivitas wisata. Touring dapat dilakukan dengan mengendarai mobil (biasanya menggunakan jeep di daerah dataran tinggi), motor dengan jumlah banyak atau rombongan, bersepeda bahkan jaman dahulu orang-orang touring  dengan mengendarai kuda atau keledai. Mereka berkeliling kota atau pedesaan dalam waktu yang lama.

3. Aktivitas air
Kegiatan wisata yang berhubungan dengan air dapat dikategorikan sebagai sport tourism. Diantaranya adalah memancing, berenang, speedboat, canoeing, kayaking, surfing. Beberapa tempat wisata buatan banyak menyediakan atraksi wisata berupa wisata air. 

4. Aktivitas kesehatan
Kegiatan wisata juga bisa diidentikkan dengan aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan. Wisatawan selain mencari kesenangan juga menginginkan perasaan relax. Mereka bisa menghilangkan rasa lelah setelah berwisata dengan mengunjungi salon, spa atau berolahraga di fitness center.

5. Aktivitas pasif
Maksud dari aktivitas pasif adalah wisatawan tidak melakukan kegiatan seperti berjalan mengelilingi tempat wisata atau melakukan sesuatu di destinasi wisata tersebut. Contoh dari aktivitas pasif misalnya fotografi, melihat pemandangan di daerah pinggiran kota untuk sekedar mehilangkan penat.

6. Kegiatan di udara
Ada banyak aktivitas termasuk olahraga yang dapat dilakukan di udara. Di Cappadocia, Turki terkenal dengan wisata balon udara. Wisatawan rela membayar mahal sebesar 175 euro untuk menaiki balon udara dan melihat pemandangan dari atas kota Cappadocia. Selain balon udara, ada juga paralayang yang banyak terdapat di Bali, Lombok.

7. Hallmark's Event
Hallmark's event yaitu event spesial yang tidak diadakan setiap hari melainkan di hari tertentu. Biasanya beberapa daerah memiliki event  yang menjadi ciri khas daerah mereka. Di Yogyakarta, ada festival yang dinamakan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). Banyak pekerja seni dari berbagai kalangan yang diundang dalam festival yang digelar setiap tahun ini. 

8. Aktivitas olahraga
Aktivitas olahraga di bidang pariwisata dibagi menjadi 2. Natural dan modifikasi. Contoh kegiatan olahraga yang masih melibatkan alam misalnya panjat tebing. Olahraga ini banyak diminati oleh orang-orang yang memiliki minat khusu terhadap sport and adventure tourism dimana mereka menantang diri mereka sendiri untuk melakukan sesuatu yang memiliki resiko tinggi. Sedangkan untuk kegiatan olahraga modifikasi misalnya berburu, tenis, golf.

9. Aktivitas bisnis
Dapat diartikan sebagai kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Event). Kegiatan ini sering dilakukan di hotel atau gedung khusus. Mengapa MICE juga dijadikan sebagai salah satu kegiatan wisata? Karena orang-orang yang melakukan kegiatan MICE biasanya adalah seorang pelaku bisnis dan sering mengadakan pertemuan dengan relasi bisnis sekaligus melakukan liburan.

Selasa, 13 Februari 2018

Desa Waturaka, Ende

Desa Waturaka, Ende terletak di kaki Gunung Kelimutu, Kupang, Ende. Desa ini mempunyai potensi wisata air terjun dan air panas seperti Air Terjun Desa Waturaka dan Air Panas Kolorongo. Ada juga wisata budaya yang disebut Komunitas Adat Suku Lio sebagai penyangga Kawasan Taman Nasional Kelimutu. 

Desa Waturaka dinobatkan sebagai 10 desa wisata terbaik menurut pemerintah di Indonesia, alasannya:
1. Memiliki potensi wisata alam dan budaya
2. Mengembangkan jenis wisata lain yaitu agrowisata
3. Wisatawan terlibat langsung dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Sebagai contoh, wisatawan makan, tidur dan memasak bersama tuan rumah atau pemilik rumah. Selain itu, mereka juga ikut membantu warga desa dalam membangun rumah, bertani (menanam padi, memanen sayuran dan buah), serta bermain bersama anak-anak di desa.
4. Memiliki peraturan desa tentang pengelolaan wisata
5. Akses untuk menuju Desa Waturaka mudah, hanya butuh waktu 2 jam dari Kupang. Jalan yang dilalui juga sudah bagus dengan disertai pemandangan yang indah selama perjalanan. 

Selain 5 poin diatas, alasan lain Desa Waturaka menjadi desa wisata terbaik adalah kemampuan warga desa yang sudah dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki menjadi sesuatu yang menarik wisatawan, dan menjadikan program CBT (Community Based Tourism) menjadi terlaksana. Warga Desa Waturaka benar-benar merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan mereka secara mandiri.

Dengan terlaksananya program CBT, ada dampak positif yang didapat masyarakat yaitu promosi di bidang pariwisata dan penguatan kelembagaan menjadi lebih baik dan lancar. Sebelumnya, hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh masyarakat lokal. Image dan daya tarik Desa Waturaka juga menjadi lebih baik. Wisatawan merasa senang ketika berkunjung ke desa tersebut, karena mereka benar-benar merasakan hidup natural yang tidak dapat mereka rasakan di negara asal mereka karena kebanyakan wisatawan yang datang berasal dari luar negeri. Dampak langsungnya adalah masyarakat desa menjadi lebih aktif dan peduli dalam pembangunan desanya. 

Jumat, 09 Februari 2018

Community Based Tourism (CBT)

1. Ide Dasar
Di tengah globalisasi, komunitas lokal tidak bisa terus menerus hidup secara terisolasi. Masyarakat Thailand dan komunitas lain misalnya telah mandiri dan semakin bergantung pada kehidupan diluar. dampaknya menimbulkan perilaku materialisme dan konsumerisme serta kehancuran sumber daya alam. Untungnya masih ada masyarakat yang sadar terhadap pentingnya konservasi sumber daya alam dan pemerintah juga membuka kesempatan bagi masyarakat Thailand untuk menggunakan pendapat mereka. Lewat pariwisata, orang-orang dari berbagai latar belakang berbagi perbedaan budaya mereka dan berkontribusi melakukan pemberdayaan masyarakat.

2. CBT (Community Based Tourism)
Wisata berbasis masyarakat adalah jenis wisata yang memperhatikan dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan bukan mengutamakan profit. CBT muncul dari komunitas yang menggunakan pariwisata untuk memperkuat kemampuan organisasi. 
Prinsip CBT:
- Mengakui, mendukung dan mempromosikan komunitas pariwisata
- Melibatkan seluruh masyarakat 
- Mempromosikan kebanggan masyarakat
- Meningkatkan kualitas hidup
- Memastikan kelestarian lingkungan
- Mempertahankan karakter dan budaya daerah
- Meningkatkan pembelajaran lintas budaya
- Menghormati perbedaan masyarakat
- Membagikan keuntungan secara adil antara anggota masyarakat
- Berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat

Pariwisata memiliki beberapa komunitas dengan peran yang berbeda . CBT, CBET (Community Based Eco Tourism), Agrotourism, Ecotourism, Adventure Tourism dan Homestay. Sebagian besar komunitas hanya dijadikan alat pemasaran untuk meyakinkan pariwisata berbasis ramah lingkungan. 
Elemen kunci  CBT:
- Sumber daya alam dan budaya
- Organisasi masyarakat
- Pengelolaan 
- Pembelajaran

3. Istilah dan Definisi untuk Tipe-tipe CBT
- Ekowisata bertujuan untuk meningkatkan kesadaran antara semua pihak untuk menciptakan    pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan. Unsur dari ekowisata yaitu situs, pengelolaan, proses dan kegiatan, dan partisipasi.
- Kunjungan singkat yaitu berupa kunjungan selama beberapa jam ke masyarakat lokal
- Homestay merupakan salah satu jenis wisata yang mempromosikan interaksi antar tuan rumah dan wisatawan.

4. CBT dan Perkembangan Komunitas
CBT dimaksudkan sebagai alat pengembangan masyarakat dan lingkungan konservasi. Ada 5 prinsip yang menjadi aspek utama yaitu ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan budaya.

5. Proses Perkembangan Fasilitas CBT
Meskipun penting membangun rasa percaya diri dari komunitas, ini bukan tahap spesifik. Tahap lainnya diantaranya:
- Memilih destinasi
- Studi kelayakan kerjasama
- Visi dan tujuan masyarakat
- Mengembangkan rencana untuk mempersiapkan masyarakat
- Manajemen organisasi
- Program tur
- Pelatihan guide
- Rencana pemasaran
- Evaluasi 

Kamis, 08 Februari 2018

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan atau empowerment memiliki arti kekuatan. Pemberdayaan masyarakat berarti upaya peningkatan martabat lapisan masyarakat yang tidak mampu melepaskan diri dari keterbelakangan. Intinya adalah upaya memandirikan masyarakat.
Indonesia memiliki banyak desa wisata yang berpotensi tetapi belum dikembangkan secara maksimal. Ada faktor yang mempengaruhi seperti rendahnya pendidikan masyarakat dan tidak adanya kepedulian untuk mengembangkan. 

Upaya yang dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat diantaranya:
1. Memberi kekuatan
2. Membiarkan masyarakat menguasai dan menggunakan kekuatan tersebut
3. Distribusi ulang daya

Ada 3 tahap utama dalam pemberdayaan masyarakat:
1. Pemungkinan (enabling)
Bisa diartikan sebagai usaha membuat inovasi baru. Sebagai contoh, desa wisata A memiliki potensi dalam bidang peternakan. Banyak warga desa yang memelihara domba untuk diambil susu dan dagingnya. Belum ada inisiatif dari mereka untuk memulai industri tekstil dengan memanfaatkan bulu domba untuk dijadikan benang wol.
2. Penguatan (strengthening)
Berarti sudah ada inovasi tetapi belum bisa menunjang aspek lain misal perekonomian. Bentuk dari penguatan misalnya desa wisata A sudah memproduksi benang wol sebagai salah satu produk mereka. Sebagai upaya pemberdayaan, warga desa tersebut dapat diberi pengarahan untuk menjadikan benang wol tersebut menjadi sesuatu yang lebih memiliki harga jual tinggi misal dibuat kain yang memiliki motif khas desa tersebut. 
3. Perlindungan (protecting)
Bertujuan untuk melindungi produk atau inovasi yang telah diciptakan dengan cara mempatenkan atau mendaftarkan hak cipta. Selain itu, perlindungan dapat dilakukan dengan cara meneruskan usaha di desa wisata tersebut secara turun temurun agar tidak hilang.

Pembangunan sejatinya adalah pemberdayaan. Ketika masyarakat semakin mampu memenuhi kebutuhannya, maka kualitas dan daya saing yang dimiliki akan semakin besar.

Ada 4 prinsip dalam pemberdayaan masyarakat yang harus dipenuhi:
1. Kepemimpinan
Maksud dari kepemimpinan adalah adanya pihak yang menggerakkan masyarakat. Dalam hal ini bisa disebut sebagai pengurus desa. 
2. Kemitraan
Dapat diartikan sebagai kerjasama yang terjalin antara warga desa dengan pihak lain misalnya investor atau mahasiswa yang sedang melakukan KKN terkait pemberdayaan masyarakat.
3. Patungan
Yaitu sistem iuran sama rata antar warga desa yang telah disepakati sebelumnya.
4. Keswadayaan
Keswadayaan adalah kondisi dimana warga desa mau mengembangkan desa mereka secara sukarela dan mandiri.

Inti dari pemberdayaan masyarakat adalah proses dimana masyarakat bekerja sama untuk memperbaiki tatanan sosial mereka agar dapat meningkatkan kualitas dan daya saing. Keberadaan pihak lain sangat penting sebagai penggerak awal agar masyarakat maju dan mencapai tujuannya.